Nathan adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Ayahnya wafat saat usia Nathan masih 6 tahun. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Ibu Nathan menjual nasi bungkus di pinggir jalan setiap hari.
Nathan punya kemauan kuat untuk menjadi penghafal Al-Qur'an. Ia memilih belajar di Pondok Pesantren DAFI agar bisa menghafal 30 Juz, meskipun saat ini baru mendapat 1 Juz.
Nathan termasuk santri yang aktif di DAFI. Ditahun pertama ia sekolah, Nathan terpilih sebagai anggota OSIS dan aktif mengikuti ekstrakurikuler olahraga seperti basket, badminton & futsal.